Ibukota Jakarta atau secara resmi bernama Daerah Khusus Ibukota Jakarta (disingkat DKI Jakarta) atau Jakarta Raya adalah ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan beberapa nama di antaranya Sunda Kelapa, Jayakarta, dan Batavia. Jakarta juga mempunyai julukan The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.
Jakarta memiliki luas sekitar 664,01 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.562.088 jiwa (2020). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa.
Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta tiga pelabuhan laut di Tanjung Priok, Sunda Kelapa, dan Ancol. Dalam sejarahnya, DKI Jakarta nyatanya sudah beberapa kali berganti nama. Mulai dari Sunda Kelapa (397–1527); Jayakarta (1527–1619); Batavia (1619–1942); Jakarta (1942–sekarang). Sementara penyebutan Ibukota DKI Jakarta dimulai sejak tahun 1998 hingga sekarang. Nama Jakarta sudah digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905.
Nama “Jakarta” merupakan kependekan dari kata Jayakarta, yang diambil dari Bahasa dewanggari atau nama dari Bahasa Sanskerta yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) paska berhasil menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527 dari Portugis.
Nama Jakarta diterjemahkan sebagai “kota kemenangan” atau “kota kejayaan”, namun sejatinya berarti “kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha” karena berasal dari dua kata Sanskerta yaitu Jaya yang berarti “kemenangan” dan Karta yang berarti “dicapai”.
Bentuk lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis, João de Barros, dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan “Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)”.
Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra, demikian pula nama Jaketra juga disebutkan dalam surat-surat Sultan Banten dan Sajarah Banten sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat. Bahkan, Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).
Untuk diketahui, pada abad ke-17, Indonesia berada di bawah kekuasaan Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC). Salah satu direktur utama VOC yakni Gubernur Jenderal Jan Pietezoon Coen mendirikan sebuah benteng di dekat muara Sungai Ciliwung pada tahun 1617. Lalu, pada tahun 1618, Inggris datang ke Indonesia. Coen pun pergi ke Banda, Maluku utuk mencari bantuan. Sementara anak buahnya tetap bertahan di wilayah sekitar Sungai Ciliwung (saat ini Jakarta) untuk menahan serangan Inggris yang bersekutu dengan Pangeran Jayawikarta, seorang adipati kota Jayakarta.
Kota Jayakarta berkembang sebagai kota pelabuhan yang sibuk, dimana para pedagang dari Cina, India, Arab dan Eropa serta dari Negara-negara lainnya saling bertukar barang-barang/komoditi. Bahkan, pada tahun 1619, Pemerintahan Belanda (VOC) di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen menghancurkan Jayakarta dan membangun kota baru yang terletak di bagian barat sungai Ciliwung, yang dinamakan Batavia, nama yang diambil dari Batavieren, nenek moyang bangsa Belanda.
Batavia direncanakan dan dibangun mirip dengan kota-kota di Belanda, yaitu dibangun dalam bentuk blok, masing-masih dipisahkan oleh kanal dan dilindungi oleh dinding sebagai benteng, dan parit. Batavia ini selesai dibangun pada 1650. Pada zamannya, Batavia merupakan tempat tinggal bangsa Eropa, sementara bangsa Cina, Jawa dan penduduk asli lainnnya disingkirkan ke tempat lainnya.
Berdasarkan data BPS tahun 2010, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 9.547.541 jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 36,17%, Betawi (28,29%), Sunda (14,61%), Tionghoa (6,62%), Batak (3,42%), Minang (2,85%), Melayu (0,96%), Madura (0,84%), Bugis (0,71%), Minahasa (0,39%), dan Makassar (0,31%). Berdasarkan Etnis, di Jakarta masih didominasioleh etnis Jawa dengan jumlah mencapai 36 % dari seluruh populasi dan diikuti oleh etnis Betawi (28%), Sunda (15%), Tionghoa (7%), Batak (3%), Minang (3%), Melayu (1%) dan Lainnya (7%).
Dalam perkembangannya kini, Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, telah mengalami perubahan besar dari tahun ke tahun. Dimana, berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota.
Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung.
Terlebih kini, Ibu Kota Jakarta seolah menjadi magnet bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat luar Jakarta berbondong-bondong mendatangi Ibu Kota untuk mencari pekerjaan atau menempuh pendidikan.
Penetapan hari ulang tahun (HUT) DKI Jakarta di tanggal 22 Juni merupakan keputusan politik yang diambil oleh Wali Kota kelima DKI Jakarta, Sudiro pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno, tepatnya dari tahun 1953 hingga 1960. Itu artinya, tahun 2021ini DKI Jakarta telah merayakan hari jadinya yang ke-494.
Penetapan tanggal 22 Juni merupakan tanggal dimana orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) paska berhasil menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527 dari Portugis.
Kupasweb.com sebagai bagian dari perkembangan teknologi di Indonesia. Selalu mengedepankan pelayanan dari berbagai belahan provinsi di Indonesia, termasuk dari Kota Jakarta Provinsi Jakarta.
Kupasweb.com pun telah melayani Jasa Pembuatan Website di Jakarta, Jasa Google Ads/ Iklan Google dan Jasa Optimasi Website di Jakarta.
__________________________________
KUPASWEB.COM adalah perusahaan berbadan Hukum Resmi di Indonesia, telah setia melayani pembuatan Website dan Aplikasi sejak 2009
Dengan sistem pembuatan yang mempermudah customer kami di Jakarta, kami meyakini dapat memberikan pelayanan dan hasil yang baik untuk website dan aplikasi untuk sahabat-sahabat kami di Jakarta.
Lingkup layanan kami adalah :
Jasa pembuatan website
Bagi sahabat kami di daerah Jakarta, kupasweb.com dapat melayani jasa pembuatan website secara online. Dengan pemesanan melalui whatsapp, telephone. Website yang berfungsi utama untuk menampilkan usaha atau perusahaan secara online real time melalui media internet dapat memberikan dampak positif yang sangat besar bagi pelaku bisnis di Kota Jakarta.
Fungsi Website yang baik adalah dengan membuat pengunjung mendapatkan informasi yang mereka perlukan saat berkunjung ke website anda bahkan sejak pertama kali kunjungan.
Beberapa jasa pembuatan website yang kami tawarkan adalah sebagai berikut :
Jasa Website Marketing Otomotif
Jasa Website Bisnis Perusahaan
Jasa Website Sistem Pendidikan Online
Jasa Website Afiliasi / MLM
Jasa Website UMKM
Jasa Website Pemerintahan
Jasa Website Sistem Perhotelan